Senin, 02 Februari 2015

Berbahagialah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling : Sebuah Pandangan Futuristik

Tulisan ini mewakili kegundahan para mahasiswa yang mungkin belum menemukan makna serta manfaat dari bimbingan dan konseling, termasuk penulis yang sedang terus menerus untuk mencari kebermaknaan itu.

Mayoritas masyarakat menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan polisi sekolah yang tak lain tempat dikumpulkannya orang-orang bermasalah. Tapi, logika sederhananya setiap orang tak lepas dari permasalahan. Jika tidak punya masalah, masihkah disebut manusia ? pikir lagi. Namun, sekiranya label "polisi sekolah" ini adalah bukan hakikat dari bimbingan dan konseling itu sendiri. Terlalu ekstrim jika terus sampai nanti zaman abad-21 berakhir masih dicap sebagai "polisi sekolah".

Bicara definisi, sudah banyak pakar-pakar yang menuangkannya melalui buku-buku, seminar, artikel, dan media lainnya sebagai penyalur ilmu. Namun, makna dari bimbingan dan konseling yang mungkin bisa kita sama-sama sepakati adalah tentang "tolong-menolong". Seringkali dikatakan sebagai helping relationship sebagai prinsip dari menolong itu sendiri.

Menolong, tidak sembarangan menolong. Ada konsep "menolong" yang berbeda dari wahana bimbingan dan konseling ini. Menolong yang perlu pemahaman terhadap diri sendiri, orang yang akan ditolong, lingkungan, serta hal-hal lain yang menjadi aspek berpengaruh dalam proses "tolong-menolong". Dalam konsep bimbingan konseling, ada 4 aspek bidang kehidupan yang holistik yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir. Semuanya memiliki integrasi yang kokoh, tidak parsial, dan jangan sekali-kali memparsialkan.

Selain itu, komponen program yang tersedia untuk menunjang proses "tolong-menolong" itu adalah melalui layanan dasar, layanan responsif, layanan peminatan dan perencanaan individual, serta dukungan sistem(sesuai dengan Permendikbud No.111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan dasar dan menengah")merupakan media yang tepat untuk merealisasikan 4 aspek bidang kehidupan itu dalam proses "tolong-menolong"

Sudah jelas aspek dan komponennya, kita mulai berkaca kepada pribadi penolong itu atau sering kita dengar namanya yaitu "konselor", mungkin lebih eksis kalau di sekolah disebut sebagai "Guru BK". Pribadi seorang konselor tentu tidak sembarangan profilnya. Keutuhan karakter serta kepribadian yang mantap menjadi sebuah keharusan. Profil itu tertuang dalam rincian kompetensi konselor yaitu : (1) memahami secara mendalam konseli yang hendal dilayani. (2) menguasai landasan teoretik bimbingan dan konseling. (3) menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan. dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalias secara berkelanjutan. (Depdiknas, 2007. Standar Kompetensi Konselor). Poin 4 yang ditekankan ini memiliki sub-kompetensi yang harus dipenuhi, yaitu (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat. (3) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. (4) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja. (5) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling. (6) Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. (Depdiknas, 2007. Standar Kompetensi Konselor). Jika dibaca dan dipahami, kita bisa mengerti dan yakin bisa mengimplementasikan serta merealisasikannya. Namun, semua itu tidak abrakadabra, butuh proses yang berkesinambungan. Itulah nikmatnya, berjuang meraih kebermaknaan, tak hanya sekedar formalitas.

Karena pengalaman lapangan yang masih minim, sehingga butuh pemahaman serta jam terbang yang lebih banyak lagi untuk mencari kebermaknaan itu. Yang menjadi pertanyaan, dimanakah salah satu letak kebahagiaan mahasiswa bimbingan dan konseling ?

Mungkin ini pandangan subjektifnya, ada satu titik celah kebahagiaan, yaitu dalam proses "tolong-menolong".

Dalil Al qur'an dalam Firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Maidah (5) ayat 2: Artinya: "...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan".

Selanjutnya dalam Al-qur-an  Surat At-Taubah ayat 71, berbunyi : “ Walmukminuna walmukminati ba’dahum au liyaa uba’din ( artinya : dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagaian lain ).

Dalam surat Al-Baqarah ayat 45 Allah Swt, telah berfirman : : Wasta’inu bissabri wassalah wa innahaa  lakabiratun illaa  ‘alal khassyi’iin ( yang artinya dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk ).

Jika kita membaca dan merenungkan butiran ayat-ayat diatas, tentu kita mampu mendapatkan saripati dari ayat tersebut. Namun, disini tidak akan dijelaskan secara tafsirnya. Hanya, kita sama-sama mentadaburi ayat-ayat-Nya. Konsep tolong-menolong dalam bimbingan dan konseling sudah jelas berada pada koridor "Menolong dalam kebajikan dan takwa", bukan dalam "berbuat dosa dan permusuhan". Jelas !. Maka dari itu, berbahagialah mahasiswa bimbingan dan konseling yang dalam perkuliahannya, sedang dipersiapkan menjadi pribadi yang siap tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa.

Sebelum menolong orang lain, tentunya, kita perlu untuk menolong diri sendiri terlebih dahulu. Sudah jelas dalam Ayat-Nya adalah kita perlu untuk senantiasa meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Melalui sabar kita menemukan arti sukar menjadi barokah yang membuat sadar, melalui shalat kita mendapat manfaat yang menepi akhirat. Menuju kesempurnaan sudah pribadi konselor itu. Hanya, kesempurnaan itu tetaplah milik Allah dan suri tauladan itu tetaplah yang best of the best itu adalah rasulullah SAW.

Pandangan futuristik ini disampaikan untuk memacu semangat mahasiswa bimbingan dan konseling khususnya yang sedang mempersiapkan menuju ketercapaian tujuan bimbingan dan konseling. Dikatakan pandangan futuristik adalah sebagai acuan bahwa kita harus melihat kedepan, bahwa profesi bimbingan dan konseling itu bukanlah profesi sembarangan. Urusannya dunia dan akhirat. Profesi lain pun begitu, hanya saja ada spesialisasi khusus yang bermakna dalam bimbingan dan konseling ini, yaitu "tolong-menolong". Boleh jadi semua profesi itu berorientasi pada "tolong-menolong", akan tetapi "tolong-menolong" dalam bimbingan dan konseling memiliki makna yang berbeda.

Pada hakikatnya, dimanapun kita berada, kita perlu untuk senantiasa "tolong-menolong". Khususnya mahasiswa bimbingan dan konseling, berbahagialah ! Karena kini dan nanti adalah ladang untuk terus menebar manfaat serta menabung untuk amalan akhirat. Di jalan mahasiswa bimbingan dan konseling, kan kita temukan jutaan hikmah yang disadari maupun tak disadari.

Berbahagialah Mahasiswa Bimbingan dan konseling. Di jalan ini, insyaAllah kita mampu menggapai Ridho-Nya menuju Jannah-Nya. Jalanilah prosesnya, keluh kesah itu sebuah kewajaran, namun akan lebih wajar jika keluh kesah itu kita adukan kepada-Nya.
Dosen adalah pembimbing, Mahasiswa adalah yang dibimbingnya. Keduanya memiliki perannya masing-masing, saling dukung mendukung, dan tentu dengan niat yang ikhlas dalam menjalankan prosesnya. Jayalah profesi bimbingan dan konseling, Jayalah Pendidikan Indonesia ! Sekali lagi, Berbahagialah mahasiswa bimbingan dan konseling .Semoga bermanfaat lagi mencerahkan kita semua ditengah kegersangan hidup yang penuh dengan kericuhan antarmakhluk-Nya yang masih redup.

Dari seorang anak ingusan (lagi), yang terus menerus mencari kebermaknaan.

Fikri Faturrahman (1205813) Mahasiswa, PPB 2012


Sumber :

Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal.

Ampera, Marwan. 2013. Tolong menolong antar sesama dalam hal kebaikan. [online] tersedia : http://marwan.rejanglebongkab.go.id/2013/03/05/tolong-menolong-antar-sesama-dalam-hal-kebaikan/.
Comments
0 Comments

0 komentar: